Pendahuluan
Ada
yang tau tentang kain songket dari Palembang Sumatra selatan, tentu anda
berfikir jika anda mendengar tentang kain songket pasti anda hanya berfikir
tentang kain biasa bukan?? Jelas beda pengertian anda dengan pengertian orang
orang asli Palembang Sumatra selatan, bagi mereka songket merupakan barang
berharga yang setara dengan emas. Ya benar sekali bagi mereka kain songket hamper
setara dengan emas, harganya saja sudah setara dengan harga emas, yakni
berkisar dari 700rb sampai jutaan bahkan belasan juta rupiah. Ya kain songket
biasa di gunakan untuk acara acara adat di Sumatra selatan seperti pesta adat,
pesta perkawinan, untuk seserahan acara lamaran, untuk mas kawin dan masih
banyak lainya. Berikut yang akan di bahas di tulisan ini adalah sejarah, cerita
dan fakta mengenai kain songket dari Sumatra selatan.
·
Sejarah
Sejarah
Sejarah dari kota Pempek alias Palembang tidak bisa
dipisahkan dari legenda Kerajaan Sriwijaya dan Kesultanan Palembang Darussalam.
Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan maritim yang sangat kuat di
Pulau Sumatera dengan daerah kekuasaan mulai dari Kamboja, Thailand,
Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi pada masa jayanya sekitar
tahun 683 Masehi. Kerajaan yang dalam bahasa sansekerta berarti bercahaya (sri)
dan kemenangan (wijaya) tersebut menjadi cikal bakal kota Palembang.
Salah satu
warisan budaya dari kerajaan ini adalah wastra tenun bernama songket.
Bukti-bukti songket telah ada sejak zaman Sriwijaya bisa disimak dari pakaian
yang menyelimuti arca-arca di kompleks percandian Tanah Abang, Kabupaten Muara
Enim, Sumatera Selatan. Kain yang dirangkai dari berbagai jenis benang termasuk
benang emas ini menurut sebagian orang bermula dari pola perdagangan antara
pedagang asal Tiongkok yang menghadirkan benang sutera dengan pedagang India
yang membawa benang emas dan perak. Nah, benang-benang tersebut ditenun dengan
pola yang rumit yang diuntai lewat jarum leper pada sebuah alat tenun bingkai
Melayu.
Kemampuan membuat Songket tradisional
di Palembang biasanya diwariskan secara turun-temurun.Sewet Songket merupakan
kain yang kerap digunakan oleh pelapis pakaian wanita di bagian bawah yang
dihiasi dengan selendang berteman dengan baju kurung. Dalam upacara adat atau
selebrasi pernikahan, pengantin biasanya menggunakan Songket lengkap dengan
Aesan Gede (kebesaran), Aesan Pengganggon (Paksangko), Selendang Mantri, Aesan
Gandek dan yang lainnya. Secara kualitas, Songket Palembang merupakan
songket terbaik di Indonesia. Bahkan, songket ini disematkan julukan sebagai
“Ratu Segala Kain.”
Pada songket, teknik dan jenis serta
kualitas kain yang ditenun dikenal dengan istilah Songket Limar dan Lepus.
Lepus adalah kain songket yang kainnya terdiri dari cukitan alias sulaman
benang emas berkualitas tinggi yang biasanya didatangkan dari Cina. Bahkan,
kadakala benang tersebut diambil dari kain songket berusia ratusan tahun yang
akibat umur membuat kainnya menjadi rapuh. Kualitas jenis ini merupakan
kualitas tertinggi dengan harga jual yang sangat mahal.
Sementara Limar lebih mengarah kepada
teknik pembuatannya. Menurut budayawan Inggris yang hidup di Indonesia pada era
colonial, songket jenis ini merupakan kain yang memadukan warna merah, kuning
dan hijau dengan pola yang terinspirasi dari buah limau. Sementara pendapat
lain menyatakan bahwa nama limar diambil dari bulatan-bulatan yang berasal dari
percikan yang menyerupai tetesan jeruk peras.
Cara pemakaian songket pada pria atau
wanita memiliki perbedaan mendasar. Kain songket untuk pria yang kerap disebut
Rumpak (bumpak) memiliki motif yang tidak penuh dengan tumpal (kepala kain)
berada di belakang badan. Songket tersebut dipakai mulai dari pinggul ke bawah
sampai di bagian bawah lutut (untuk pria yang telah menikah) dan menggantung di
atas lutut (untuk pria yang belum menikah). Sedangkan untuk wanita, tumpal
(kepala kain) wajib berada di depan dengan posisi dari pinggul hingga mata
kaki.
·
Fakta dan Cerita Dari Songket
Cerita Songket Palembang mungkin sering anda dengar. Tetapi
tahukah anda, faktanya banyak orang Palembang sendiri tidak tahu atau belum
tahu tentang songket Palembang. Misalnya anda berada di kota Palembang, cobalah
anda iseng bertanya dengan orang Palembang yang anda temui disekitar anda lokasi atau sentra kerajinan songket palembang dimana? Mungkin tidak banyak yang bisa memberi jawaban
yang memuaskan bagi anda.
Ya,
begitulah fakta yang kita dapatkan di kota palembang, tempat pusat kerajinan
songket warisan kerajaan sriwijaya yang masyur itu. Ternyata tidak banyak
masyarakat palembang sendiri yang tahu seluk beluk songket dengan baik, bahkan
lokasi industrinya pun tidak tahu apalagi informasi yang lain. Itulah realita,
terasing di negeri sendiri.
Kita
tidak bisa sepihak menyalahkan keadaan ini. Ambil sisi positifnya, bahwa
perlunya sossialisasi atau even-even pameran yang lebih banyak agar warisan
budaya nenek moyang ini tidak hilang ditelan bumi. Atau bisa jadi hal ini
disebabkan karena masih kentalnya kesan eksklusif bagi masyarakat palembang
sendiri akan kain songket ini.
Terkadang
sebagian masyarakat memang tidak mau peduli dengan songket ini, hal ini lebih
disebabkan karena tidak adanya sisi keuntungan yang mereka dapatkan dari
songket ini. Jadi tidaklah heran jika banyak yang tidak mau ambil pusing.
Songket Palembang ini sendiri memang di negeri asalnya masih menjadi konsumsi
orang-orang berduit untuk dimiliki. Untuk sebagian masyarakat, memiliki kain
songket ini tidak ada gunanya dan hanya menghambur-hamburkan uang saja karena
harganya yang cukup mahal. Apalagi di tengah keadaan perekonomian yang sulit
seperti sekarang ini banyak hal lebih penting daripada membeli sepotong kain
songket yang tidak tahu kapan dan dimana akan di pakainya.
Songket Palembang memang penuh dengan cerita dan romansa bagi sebagian
orang, akan tetapi fakta yang kita jumpai di palembang sendiri, kain atau sewet
songket banyak orang yang bahkan belum pernah melihatnya secara langsung
apalagi memakainya. Sangat ironi sekali, tapi inilah kenyataan yang ada. Tidak
ada yang bisa disalahkan dalam hal ini. Mari kita lestarikan budaya bangsa dan
memilliki rasa cinta terhadapnya, selanjutnya urusan orang-orang yang
berkompeten dibidangnya agar songket palembang tidak diakui oleh bangsa lain
sebagai warisan budaya mereka.
By:
Syahrizky
Sumber
Referensi: