Kamis, 20 Juni 2013

Budaya Kain Songket Dari Palembang (Sumatra Selatan)

Pendahuluan
 Ada yang tau tentang kain songket dari Palembang Sumatra selatan, tentu anda berfikir jika anda mendengar tentang kain songket pasti anda hanya berfikir tentang kain biasa bukan?? Jelas beda pengertian anda dengan pengertian orang orang asli Palembang Sumatra selatan, bagi mereka songket merupakan barang berharga yang setara dengan emas. Ya benar sekali bagi mereka kain songket hamper setara dengan emas, harganya saja sudah setara dengan harga emas, yakni berkisar dari 700rb sampai jutaan bahkan belasan juta rupiah. Ya kain songket biasa di gunakan untuk acara acara adat di Sumatra selatan seperti pesta adat, pesta perkawinan, untuk seserahan acara lamaran, untuk mas kawin dan masih banyak lainya. Berikut yang akan di bahas di tulisan ini adalah sejarah, cerita dan fakta mengenai kain songket dari Sumatra selatan.
·    
 Sejarah
 Sejarah dari kota Pempek alias Palembang tidak bisa dipisahkan dari legenda Kerajaan Sriwijaya dan Kesultanan Palembang Darussalam. Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan maritim yang sangat kuat di Pulau Sumatera dengan daerah kekuasaan mulai dari Kamboja, Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi pada masa jayanya sekitar tahun 683 Masehi. Kerajaan yang dalam bahasa sansekerta berarti bercahaya (sri) dan kemenangan (wijaya) tersebut menjadi cikal bakal kota Palembang.
Salah satu warisan budaya dari kerajaan ini adalah wastra tenun bernama songket. Bukti-bukti songket telah ada sejak zaman Sriwijaya bisa disimak dari pakaian yang menyelimuti arca-arca di kompleks percandian Tanah Abang, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan. Kain yang dirangkai dari berbagai jenis benang termasuk benang emas ini menurut sebagian orang bermula dari pola perdagangan antara pedagang asal Tiongkok yang menghadirkan benang sutera dengan pedagang India yang membawa benang emas dan perak. Nah, benang-benang tersebut ditenun dengan pola yang rumit yang diuntai lewat jarum leper pada sebuah alat tenun bingkai Melayu.
Kemampuan membuat Songket tradisional di Palembang biasanya diwariskan secara turun-temurun.Sewet Songket merupakan kain yang kerap digunakan oleh pelapis pakaian wanita di bagian bawah yang dihiasi dengan selendang berteman dengan baju kurung. Dalam upacara adat atau selebrasi pernikahan, pengantin biasanya menggunakan Songket lengkap dengan Aesan Gede (kebesaran), Aesan Pengganggon (Paksangko), Selendang Mantri, Aesan Gandek dan yang lainnya.  Secara kualitas, Songket Palembang merupakan songket terbaik di Indonesia. Bahkan, songket ini disematkan julukan sebagai “Ratu Segala Kain.”
Pada songket, teknik dan jenis serta kualitas kain yang ditenun dikenal dengan istilah Songket Limar dan Lepus. Lepus adalah kain songket yang kainnya terdiri dari cukitan alias sulaman benang emas berkualitas tinggi yang biasanya didatangkan dari Cina. Bahkan, kadakala benang tersebut diambil dari kain songket berusia ratusan tahun yang akibat umur membuat kainnya menjadi rapuh. Kualitas jenis ini merupakan kualitas tertinggi dengan harga jual yang sangat mahal.
Sementara Limar lebih mengarah kepada teknik pembuatannya. Menurut budayawan Inggris yang hidup di Indonesia pada era colonial, songket jenis ini merupakan kain yang memadukan warna merah, kuning dan hijau dengan pola yang terinspirasi dari buah limau. Sementara pendapat lain menyatakan bahwa nama limar diambil dari bulatan-bulatan yang berasal dari percikan yang menyerupai tetesan jeruk peras.
Cara pemakaian songket pada pria atau wanita memiliki perbedaan mendasar. Kain songket untuk pria yang kerap disebut Rumpak (bumpak) memiliki motif yang tidak penuh dengan tumpal (kepala kain) berada di belakang badan. Songket tersebut dipakai mulai dari pinggul ke bawah sampai di bagian bawah lutut (untuk pria yang telah menikah) dan menggantung di atas lutut (untuk pria yang belum menikah). Sedangkan untuk wanita, tumpal (kepala kain) wajib berada di depan dengan posisi dari pinggul hingga mata kaki.
·        Fakta dan Cerita Dari Songket
Cerita Songket Palembang mungkin sering anda dengar. Tetapi tahukah anda, faktanya banyak orang Palembang sendiri tidak tahu atau belum tahu tentang songket Palembang. Misalnya anda berada di kota Palembang, cobalah anda iseng bertanya dengan orang Palembang yang anda temui disekitar anda lokasi atau sentra kerajinan songket palembang dimana? Mungkin tidak banyak yang bisa memberi jawaban yang memuaskan bagi anda.
Ya, begitulah fakta yang kita dapatkan di kota palembang, tempat pusat kerajinan songket warisan kerajaan sriwijaya yang masyur itu. Ternyata tidak banyak masyarakat palembang sendiri yang tahu seluk beluk songket dengan baik, bahkan lokasi industrinya pun tidak tahu apalagi informasi yang lain. Itulah realita, terasing di negeri sendiri.
Kita tidak bisa sepihak menyalahkan keadaan ini. Ambil sisi positifnya, bahwa perlunya sossialisasi atau even-even pameran yang lebih banyak agar warisan budaya nenek moyang ini tidak hilang ditelan bumi. Atau bisa jadi hal ini disebabkan karena masih kentalnya kesan eksklusif bagi masyarakat palembang sendiri akan kain songket ini.
Terkadang sebagian masyarakat memang tidak mau peduli dengan songket ini, hal ini lebih disebabkan karena tidak adanya sisi keuntungan yang mereka dapatkan dari songket ini. Jadi tidaklah heran jika banyak yang tidak mau ambil pusing. Songket Palembang ini sendiri memang di negeri asalnya masih menjadi konsumsi orang-orang berduit untuk dimiliki. Untuk sebagian masyarakat, memiliki kain songket ini tidak ada gunanya dan hanya menghambur-hamburkan uang saja karena harganya yang cukup mahal. Apalagi di tengah keadaan perekonomian yang sulit seperti sekarang ini banyak hal lebih penting daripada membeli sepotong kain songket yang tidak tahu kapan dan dimana akan di pakainya.
Songket Palembang memang penuh dengan cerita dan romansa bagi sebagian orang, akan tetapi fakta yang kita jumpai di palembang sendiri, kain atau sewet songket banyak orang yang bahkan belum pernah melihatnya secara langsung apalagi memakainya. Sangat ironi sekali, tapi inilah kenyataan yang ada. Tidak ada yang bisa disalahkan dalam hal ini. Mari kita lestarikan budaya bangsa dan memilliki rasa cinta terhadapnya, selanjutnya urusan orang-orang yang berkompeten dibidangnya agar songket palembang tidak diakui oleh bangsa lain sebagai warisan budaya mereka.

By: Syahrizky
Sumber Referensi:


Tidak ada komentar:

Posting Komentar